PocketFavorite.com internet marketing

Selasa, 28 Desember 2010

KETIKA OTORITAS ALLAH DIAMBIL ALIH

Sahabat Indonesia yang senantiasa dalam naungan Petunjuk Allah SWT, Pelajaran apakah yang dapat kita ambil bersama di Lapangan Bukit Jalil Malaysia kemarin ?

Sahabat, ketika dua buah kekuatan bertemu untuk bertarung memperjuangkan sebuah kemenangan maka siapakah yang akan tampil sebagai pemenang ? maka kelompok yang memungkinkan mendapatkan kemenangan menurut analisis manusiawi adalah :
- Yang paling banyak ikhtiar/usahanya
- Yang paling banyak pengalaman menangnya
- Yang lebih banyak daya dukung sarananya
- Yang lebih prospektif motivasinya
- Dan lain-lain yang serba lebih

Namun sejarah perjuangan rumus menang ternyata tidak sekedar pamer kekuatan, pengalaman dan dukungan sarana dan prasarana.

Ingat Nabi Musa dengan pengikutnya yang tidak seberapa berhadapan dengan Fir'aun dengan bala tentaranya dan perlengkapan senjatanya yag begitu lengkap, namun Fir'aun dengan congkaknya mengambil alih posisi Tuhan, Fir'aun mendeklarasikan diri sebagai Tuhan yang Maha Tinggi. Disinilah letak kemenangan Musa alaihissalam dia mendapatkan batuan strategi dan kekuatan dari Allah Yang Maha Perkasa, Fir'aun dan seluruh bala tentaranya binasa karena ' Kesombongan Nasionalismenya '.

Ingat juga Jalut preman kelas kakap berbadan raksasa beserta mayoritas pendukungnya selalu membuat onar dan sangat serakah itu terbunuh oleh Nabi Daud yang bertubuh kecil dengan izin Allah yang mengajari strategi kepada Daud alihissalam karena Allah ingin melindungi para hambanya dan mencegah terjadinya kerusakan di muka bumi melalui tangan nabi Daud. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an " Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah " ( Al-Baqoroh 249 )

Demikian juga Muhammad SAW ketika Perang Badar dengan perbandingan pasukan 1 : 100, apa yang dilakukan Muhammad SAW setelah segala daya dan upaya dikerahkan habis-habisan, Muhammad menadahkan tangan berdiplomasi dengan Allah Yang Maha Perkasa " Ya Allah jika kami kalah dalam pertempuran kali ini, maka mungkin sudah tidak akan ada lagi orang yang akan menyembahMU ", Allahpun iba dan menurunkan ribuan pasukan yang terlihat oleh mata kemudian merekayasa sudut pandang, Pengikut Muhammad SAW memandang ternyata pasukan musuh cuma sedikit, sedangkan pasukan musuh memandang ternyata pasukan Muhammad sangat banyak jauh melebihi kekuatan mereka. Demikianlah betapa mudahnya Allah membuat sebuah kemenangan atas hamba-hambanya.

Lalu ada apa dengan di Bukit Jalil kemarin ? salah satu tim mendeklarasikan Yel-Yel yang MENGAMBIL ALIH OTORITAS ALLAH SWT " Hari ini PASTI MENANG ", yel-yel ini dikumandangkan oleh supporter dan para pejabat-pejabatnya, yang kemudian menjelma menjadi sebuah ' Kesombongan Nasionalisme ', KEPASTIAN MENANG adalah otoritas penuh Allah SWT sebagai Sutradara Tunggal dalam kehidupan ini, manusia dilarang keras mencampurinya. Mungkin mereka lupa kalau Yel-Yel itu adalah cuplikan lagu dalam sebuah Film, didalam film syah-syah saja kalau yel-yel itu dilagukan dan diteriakkan karena endingnya sudah diketahui oleh sang sutradara.

Sedangkan di Bukit Jalil bukanlah sebuah Film tetapi panggung perjuangan untuk mengetahui siapakah diantara dua Tim tersebut yang menginginkan bantuan Allah atau yang mengundang pertolongan Allah SWT, dan siapakah diantara dua Tim itu yang berani lancang mengambil alih Otoritas Allah SWT ?

Jadi apa yang bisa kita analisis di Lapangan Bola Bukit Jalil ? coba lihat perbandingan sikap ketawadhuan dan kesyukuran kedua Pelatih Tim tersebut dalam statmennya di media massa ? Lihat perbandingan sikap dan gaya kedua Keepernya ? yang paling mencolok di media massa adalah Yel-Yelnya !. Maka kita bisa lihat di Lapangan betapa salah satu Tim tiba-tiba mampu menyerang seperti Singa kelaparan seolah-olah mendapatkan sebuah kekuatan extra dengan serangan-serangan yang amat cantik seperti ada insiprasi baru yang mereka dapat secara tiba-tiba, sementara salah satu tim terpusingkan oleh sebuah sinar Laser yang tidak lebih dari sebuah asesoris yang kemudian menjadi momok yang menakutkan. Setelah gol tercetak kita bisa lihat sikap dan gaya para pencetak gol yang tidak berlebih-lebihan, bahkan terlihat ada air mata kesyukuran yang luput dari penglihatan kamera.

Sahabat, Kita tak bisa bayangkan apa yang akan terjadi di Gelora Sukarno Hatta besok jika Otoritas Tuhan Masih ada yang mengambil alih dan Kesombongan Nasionalismel tidak ada yang menghentikan. Na'udzubillah, Wallahu a'lam.

Sahabat, sebentar lagi Pesta Gebyar Tahun Baru akan menggema diseluruh penjuru dunia, kita tidak boleh lupa bahwa dibalik Gebyar Tahun Baru esok jatah hidup kita sudah berkurang 1 tahun lagi.

Sabtu, 25 Desember 2010

KUNCI SORGA

Sahabat yang dicintai Allah SWT, sesungguhnya kemelaratan, kelaparan, dan segala macam bentuk kesulitan dan ujian lainnya tidaklah punya arti apa-apa dibandingkan ketika kita sukses meraih KUNCI SORGA lalu kita melangkah menuju PINTUNYA dan……. cekreeeck, terbukalah Pintu segala kenikmatan yang abadi selamanya.
------------
Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih sore menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah makin besar.

Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sepeserpun."Fatimah menyahut dengan senyum manisnya, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala." "Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran istrinya begitu tawakal. Padahal persediaan dapur sudah ludes sama sekali. Tapi Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.

Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjama'ah. Sepulang dari sholat, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?"
Áli menjawab heran. "Ya betul. Ada apa, Tuan?''
Orang tua itu merogoh kantungnya seraya menjawab, "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya."
Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.
Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.

Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan." Tanpa pikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.

Ketika Ali pulang, Fatimahpun keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, dan berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan menutup pintu surga buat kita."
Subhaanallah !

Sahabat, kapasitas kita mungkin belum mampu seperti Sahabat Ali bin Abi Thalib atau Sahabat Rosulullah lainnya yang memandang harta dan kekayaan hanya sebagai SARANA INVESTASI untuk mendapatkan KUNCI SORGA. Sedangkan kita masih selalu berfikir dan mungkin terus berusaha bagaimana memiliki investasi untuk mendapatkan KUNCI RUMAH, KUNCI MOBIL atau Kunci-Kunci yang lain.

Namun betapa pentingnya Kunci Rumah atau Kunci Mobil dalam kehidupan kita saat ini, janganlah kita lupa untuk berusaha mendapatkan KUNCI SORGA dengan selalu menyishkan Investasi dari yang tersisa yang ada ditangan kita, karena Allah Yang Maha Penyayang tidak pernah memandang sebelah mata atas kecilnya investasi kita jika kita dasari dengan totalitas KEIKHLASAN.

Oleh itu Jangan Pernah Minder untuk MENGABADIKAN YANG TERSISA ditangan kita saat ini dengan SEDEKAH

Rabu, 22 Desember 2010

MAKAN KETIKA LAPAR, BERHENTI SEBELUM KENYANG

Sabda Nabi SAW : “’Tiada tempat yang lebih buruk, yang dipenuhi anak Adam daripada perutnya, cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat menyambung hidupnya, jika hal itu tidak bisa dihindari maka masing-masing sepertiga bagian untuk makanannya, minumnya dan nafasnya.” (HR: Ahmad, An-Nasaa’i, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi )

Sahabat yang dicintai Allah SWT, ada rumus untuk selalu sehat sepanjang hidup : "Makan hanya ketika lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang". Tidak hanya menyangkut tubuh, tapi juga keseluruhan mental sejarah. Ia adalah aplikasi sekadar teori keilmuan tentang keefektifan dan efisiensi.

Selama ini pemahaman-pemahaman nilai budaya kita cenderung mentabukan perut. Orang yang hidupnya terlalu profesional dan hanya mencari uang, kita sebut "diperbudak oleh perut". Para koruptor kita gelari "hamba perut" yang mengorbankan kepentingan Negara dan rakyat demi perutnya sendiri.

Padahal ia bukanlah hamba perut. Sebab, kebutuhan perut amat sederhana dan terbatas. Ia sekadar penampung dan distributor sejumlah zat yang diperlukan untuk memelihara kesehatan tubuh. Perut tidak pernah mempersoalkan, apakah kita memilih nasi pecel atau pizza, lembur kuring atau masakan Jepang.

Yang menuntut lebih pertama-tama adalah lidah. Perut tidak menolak untuk disantuni dengan jenis makanan cukup seharga seribu rupiah. Tetapi lidah mendorong kita harus mengeluarkan sepuluh ribu, seratus ribu atau terkadang sejuta rupiah.

Mahluk lidah termasuk yang menghuni batas antara jasmani dengan rohani. Satu kaki lidak berpijak di kosmos jasmani, kaki lainnya berpijak di semesta rohani. Dengan kaki yang pertama ia memanggul kompleks tentang rasa dan selera; tidak cukup dengan standar 4 sehat 5 sempurna, ia membutuhkan variasi dan kemewahan. Semestinya cukup di warung pojok pasar, tapi bagian lidah yang ini memperkuda manusia untuk mencari berbagai jenis makanan, inovasi, dan paradigma teknologi makanan, yang dicari ke seantero kota dan desa. Biayanya menjadi ratusan kali lipat.

Dengan kaki lainnya lidah memikul penyakit yang berasal dari suatu dunia misterius yang bernama mentalitas, nafsu, serta kecenderungan -kecenderungan aneh yang menyilati budaya manusia. Makan yang dalam konteks perut hanya berarti menjaga kesehatan, di kaki lida itu diperluas menjadi bagian dari kompleks kultur, status sosial, gengsi, foedalisme, kepriyayian, serta penyakit-penyakit kejiwaan komunitas manusia lainnya.

Kecenderungan ini membuat makan tidak lagi sekedar makan dengan konteks perut dan kesehatan tubuh, melainkan dipalsuan, dimanipulir atau diartifisialkan menajadi urusan kultur dan peradaban yang biayanya menjadi sangat mahal.
Budaya artifisialisasi makan ini dieksploitasi dan kemudian dipacu oleh etos industrialisasi segala bidang kehidupan, serta disahkkan oleh kepercayaan budaya makan, pembaruan teknologi konsumsi, jenis makanannya, panggung tempat makannya, nuansanya, lagu-lagu pengiringnya, pewarnaan meja kursi, dindingnya hingga karaokenya.

Artifisialisasi budaya makan itu akhirnya menciptakan berbagai ketergantungan manusia, sehingga agar selamat sejahtera dalam keterlanjuran ketergantungan itu, manusia bernegosiasi di bursa efek, menyunat uang proyek, memborong barang-barang, bahkan berperang membunuh satu sama lain.

Padahal perut hanya membutuhkan "makan ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang".

Maka yang bernama "makan sejati" ialah makan yang sungguh-sungguh untuk perut. Adapun yang pada umumnya yang kita lakukan selama ini adalah "memberi makan kepada nafsu". Perut amat sangat terbatas dan Allah mengajarinya untuk tahu membatasi diri. Sementara nafsu adalah api yang tiada terhingga skala pembesaran atau pemuaiannya. Jika filosofi makan dirobek dan dibocorkan menuju banjir bandang nafsu tidak terbatas, jika ia diartifisialkan dan dipalsukan dan tampaknya itulah satu bahan utama berbagai konflik dan ketidakadilan sejarah ummat manusia, maka sesungguhnya itulah contoh paling konkret dari terbunuhnya efisiensi dan keefektifan.

Rekayasa budaya makan pada masyarakat kita, dari naluri sehari-hari hingga aplikasinya di pasal-pasal rancangan pembangunan jangka pendek dan jangka panjang, mengandung inefisiensi atau keborosan dan keserakahan, yang terbukti mengancam alam dan kehidupan manusia sendiri, disamping sangat tdak efektif mencapai hakikat tujuan makan itu sendiri.

Sahabat, terfikirkah kita ketika kita sedang menikmati sebuah hidangan yang istimewa, bersyukurlah kita karena ada sekian juta saudara kita yang bisa makan apa adanya.

Senin, 20 Desember 2010

HAKEKAT IKHLASH

Sahabat  yang senantiasa dalam naungan Karunia dan Rahmat Allah SWT, Ikhlas. Inilah kata yang mudah sekali diucapkan -saya rela kok, saya ikhlas kok- tetapi tidaklah semudah dalam aplikasi perbuatan kita sehari-hari. Karena ikhlas adalah amalan hati. Karena ikhlas tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Kita hanya dapat melihat dari tanda-tandanya. Itupun tidak pasti. Inilah (mungkin) sebagian makna dari keikhlasa.

Ketika kebaikan yang kita lakukan ternyata tidak mendapat pujian dari orang lain, disitulah makna keikhlasan; ketika kebaikan yang kita lakukan ternyata tidak diekspos oleh media massa/elektronik, disitulah makna keikhlasan; ketika kebaikan yang kita lakukan ternyata mendapat tanggapan yang negatif oleh orang lain, disitulah makna keikhlasan; ketika kebaikan yang kita lakukan ternyata tidak dicatat oleh sejarah, disitulah makna keikhlasan; ketika kebaikan yang kita lakukan ternyata merugikan diri kita sendiri secara lahiriah, disitulah makna keikhlasan; dan seterusnya.

Ada ataupun tidak ada orang lain kita tetap melakukan kebaikan; dicatat ataupun tidak dicatat oleh sejarah kita tetap melakukan kebaikan; diekspos ataupun tidak oleh media massa/elektronik kita tetap melakukan kebaikan; mendapat pujian ataupun tidak kita tetap melakukan kebaikan; mendapat tanggapan positif ataupun negatif kita tetap melakukan kebaikan; dan seterusnya.
Sehingga dalam Al Qur'an Surat 38:83 disebutkan salah satu kejujuran dari iblis/syetan bahwa dia tidak dapat menggoda orang-orang yang ikhlas.

Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket.
Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.
Tapi... Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji, Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik.

Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya : "Ibu,bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... " Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa.Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas.
Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten...
"Oke ... Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?"
Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya."Terimakasih..., Ibu"

Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya.Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...
Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya "Anisa..., Anisa sayang ngga sama Ayah ?" "Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah !"
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu..."
"Yah..., jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari nenek... ! Itu kesayanganku juga"
"Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi, "Anisa..., Anisa sayang nggak sih, sama Ayah ?"
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?".
"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."
"Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.. "
Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam.
Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya,mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya...
"Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?"
Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya " Kalau Ayah mau... ambillah kalung Anisa"
Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa...
"Anisa... ini untuk Anisa. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau"
Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.

Demikianlah sikap syang kita terhadap sesama, Apalagi halnya dengan Allah S.W.T.. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa : Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan...

JANGAN EMOSI !

" Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam berkelahi, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat menguasai emosinya tatkala marah " (Muttafaqun Alaih)

Sahabat Sukses Rumah Yatim Indonesia yang diridhoi Allah SWT, ada banyak hal yang kadang sangat-sangat sepele tetapi karena sikapi dengan sangat reaktif dan emosional, tiba-tiba hal yang sepele itu menjadi sebuah masalah yang besar dan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian yang bijak.

Suatu hari seorang bapak makan disebuah restoran bersama dengan keluarganya. Ketika sedang asik menyantap makanan, bapak tersebut melihat disampingnya ada seorang anak kecil yang tanpa sengaja menjatuhkan gelas dari mejanya. Airnya tumpah membasahi taplak meja dan baju si anak. Spontan ayah anak itu marah, “Mengapa kamu tidak hati-hati?” bentak si ayah. Si anak menangis. Si ayah makin memarahinya saja. Bapak yang lain menyaksikan kejadian itu hanya geleng-geleng saja. Menurutnya suasana makan keluarga tersebut seketika berubah menjadi kacau. Tentu saja keadaan tersebut tidak akan terjadi jika sang ayah mampu bersikap lebih bijak, sabar, dan tidak emosional.

Jika kita renungkan, dalam hidup ini ada banyak masalah yang muncul karena kita terlalu membesar-besarkan masalah yang sebenarnya sederhana saja. Keadaan akan menjadi lain, keluarga tersebut akan makan dengan tenang dan bersuka-cita, jika si ayah berkata sambil tersenyum, “Lain kali hati-hati ya, nak.” Masalah pun selesai ! Si anak dan keluarga yang lain pun senang. Namun, yang sering terjadi adalah kita lebih mengutamakan amarah, menyalahkan orang lain, keadaan, dan dunia sekitar jika sedang ditimpa persoalan. Akibatnya kita kehilangan dua hal yang sangat penting dalam hidup ini, yaitu :

Pertama : Rasa Syukur

Jika terlalu sibuk menggerutu dan mengeluh, kita akan kehabisan waktu untuk bersyukur atas segala rahmat yang Allah berikan. Hari ini sebelum kita protes tentang menu dan rasa makanan dihadapan kita, pikirkanlah seseorang yang tidak memiliki sesuatu untuk dimakan.

Sebelum kita mengeluh karena tidak memiliki banyak materi, pikirkanlah seseorang yang mengemis dijalanan hanya untuk mendapatkan sedikit belas kasihan dari orang lain.

Sebelum kita mengeluh karena wajah kita tidak secantik atau setampan yang kita inginkan, pikirkanlah seseorang yang memiliki wajah lebih buruk.

Sebelum kita mengeluh tentang kekurangan pasangan kita, pikirkanlah banyaknya orang yang bergumul meminta pasangan hidup.

Sebelum kita mengeluh tentang sulitnya hidup ini, pikirkanlah seseorang yang terbaring koma di rumah sakit, bahkan untuk memikirkan masa depanpun ia sudah tidak mampu lagi.

Sebelum kita mengeluh mengenai jarak yang harus kita tempuh ketika mengemudi, pikirkanlah seseorang yang juga menempuh jarak yang sama dengan berjalan kaki.

Ketika kita merasa lelah dan mengeluh tentang pekerjaan, pikirkanlah seseorang yang tidak mempunyai pekerjaankarena tidak memiliki kemampuan dan kesempatan seperti kita.


Kedua : Rasa Ikhlas

Kehidupan ini harus diterima dengan penuh Kebahagiaan tanpa suatu keharusan memiliki segalanya dengan berlebihan.

Jalan kebahagiaan adalah merasa senang pada diri kita, apa yang kita kerjakan dan apa yang kita miliki merupakan rahasia kekuatan, kepuasan, dan kehidupan pribadi yang berenergi tinggi.

Kebahagiaan menghubungkan kita dengan keindahan dan kekuatan semesta alam, dengan kekuatan tertinggi kita, dengan Sang Illahi.

Kebahagiaan berarti merasakan dan mengungkapkan kebahagiaan hidup, bergembira karena keindahan dan kekayaan sebagai makhluk.

Kebahagiaan merupakan daya pembebas ampuh yang melepaskan kreativitas, bakat, kemampuan, dan kecakapan kita.

Kebahagiaan mengilhami harapan. Kebahagiaan memberi makan hati dan jiwa. Kebahagiaan membawa semangat ke dalam hidup kita.

Kebahagiaan menular dan merupakan pemberian teerbesar yang dapat kita berikan kepada diri sendiri dan orang lain.Jalan kebahagiaan telah ada. Jalur itu senantiasa sudah ada menantikan kita…..

Kebahagiaan membuat tekanan darah kita yang tinggi menjadi normal, pernafasan menjadi lebih dalam dan teratur sehingga membawa lebih banyak oksigen kesel-sel tubuh kita.

Kebahagiaan meningkatkan vitalitas dan semangat sehingga kita akan merasa sehat. Kebahagiaan selalu memancar membasahi jiwa-jiwa yang kering dan tandus.

Kebahagiaan merupakan peristiwa dari dalam keluar. Kebahagiaan berasal dari dalam bathin kita untuk memberkahi dunia kita dan sekitar kita. Riak-riak gelombang Kebahagiaan itu melebar sambil membuat dunia menjadi lebih baik bagi kita semua.

" HANYA ORANG YANG SABAR YANG MAMPU SENANTIASA BERBHAGIA "

PERIHNYA SEBUAH KESUKSESAN

Banyak yang bisa kita pelajari dari alam di sekitar kita Allah telah menciptakan makhluknya yang banyak di seluruh jagad raya Itu semua adalah untuk kita manusia Agar kita lebih mengenal Penciptanya Dan agar menjadi pelajaran dalam kehidupan kita Ada makhluk Allah, yang kita bisa belajar dengannya Dia adalah seekor anak kerang ...

Seekor anak kerang didasar laut mengeluh kepada ibunya... " Ibu.......Sebutir pasir tajam masuk kedalam tubuhku yang lembek ini ibu ". "Anakku, Tuhan tak memberi kita tangan, sehingga ibu tidak bisa menolongmu. Ibu tahu, itu sakit, tapi terimalah sebagai takdir. Kuatkan hati, kerahkan semangat melawan nyeri yang menggigit. Balut pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itulah yang bisa kau perbuat" Kata ibunya dengan sendu dan lembut sambil menitikkan airmata Anak kerang pun menurut.


Kadang rasa sakit begitu hebatnya Sehingga ia sempat meragukan nasehat ibunya. Dengan air mata ia bertahan Tidak hanya hari demi hari, tapi bertahun-tahun. Tanpa disadarinya, sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus Rasa sakitpun makin berkurang makin lama mutiaranya semakin besar Rasa sakit akhirnya menghilang sama sekali

Sekarang............... Sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, Dan berharga mahal terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya membuahkan hasil yang menakjubkan. Dirinya kini menjadi sangat sangat berharga.


Sahabat... Untuk mencapai KESUKSESAN (dunia & akhirat)... Tidak ada yang datang dengan serta merta Tidak ada 'makan siang gratis' KESUKSESAN harus melalui suatu PROSES PANJANG... seumur hidup kita Perjuangan adalah suatu proses Kerja keras adalah suatu proses Penderitaan adalah suatu proses Ketidaknyamanan adalah suatu proses Kegagalan bukan hasil akhir Kegagalan adalah suatu proses

KESABARAN adalah SYARATnya KEIKHLASAN adalah NYAWAnya Dan RASA SYUKUR adalah OBATnya

Tidak ada KESUKSESAN tanpa KEGAGALAN Dan tidak ada KEBAHAGIAAN tanpa PENDERITAAN

Tidak ada KESUKSESAN bila itu FANA Dan tidak ada PENDERITAAN kalau cuma SEMENTARA

KESUKSESAN dan KEBAHAGIAAN yang sebenarnya ... Adalah apabila dia ABADI

Dan KEGAGALAN serta PENDERITAAN yang sebenarnya... Adalah apabila dia ABADI
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...